BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Senin, 07 September 2009

Apa Ini..??

weetzz...
kok ak jdi kbayang2 wktu ladtas y..???

ak syang bgt ma tmen2.. mreka tu ngga prnah kliatan sdih, marah, murung dsb..
mreka sll ja ketawa2 ngga jelas... apa kaden orahanga jek yg psti seru gen..
kita psti ja jdi orang2 yg pling ribut d mnapun N' kpanpun..

wlaupun mreka kliatan sneng2 tpi ak yakin d lubuk hati mreka yg pling dlm psti nyimpen sswt yg perih bgt.. mngkin sking perihnya mreka ampe ngga mau nyeritain ke org laen..

kadang ak ngerasa ak tu sndirian.. tpi wktu inget wjah tmn2ku, ak sdar klo ak tu ngga sndiri.. msih bnyak org yg ada d skllngku.. mreka jga ngerasa ksepian.. mngkin itu yg bikin kita jdu stu..

nb: siapapun yg bca ini anggep ja nie ocehan orang aneh yg g prlu d pratiin..
hehehe


Gigi – My Facebook


Berawal dari facebook baruku
Kau datang dengan cara tiba-tiba
Bekas kekasih yang lama hilang
Satu dari kekasih yang terbaik

Mungkin waktu yang ku persalahkan
Mungkin saja keadaan yang salah
Terpikir hati untuk mendua
Tapi nurani tak bisa mendua

Ku hanya bisa membagi kisah-kisah lama
Ku hanya bisa membagi cerita nostalgia

Cuma itu yang ku berikan
Cuma itu yang ku bisa persembahkan
Karna aku ada yang punya
Tapi separuh hati ini untukmu

Ku bisa saja putuskan dia
Ku bisa menutup semua cintaku
Tapi apakah kau pun setuju
Menyakiti seorang manusia

Ku hanya bisa membagi kisah-kisah lama

Berawal dari facebook baruku
Kau datang dengan cara tiba-tiba hmmm

hayo... sapa yg pnya kisah kyak gtu..???

nie lgu ckup ak suka..
ngga tau knapa tpi yg psti bkan krn melidinya..
mngkin jga liriknya..
ak bingung..
postinganku GeJe bgt..
uda deh..
ckup smpai d sni..

Kamis, 03 September 2009

Aku Pengen Curhat

Aku Pengen Curhat

hh.. knapa sih hmpir semua orang bilang ak tu orang yang tangguh.. seakan akan ak tu mandiri, brtanggung jawab, ngga pernah sedih dll. Ak pengen km tau kalo ak tu sama aja kayak kalian.. ak jga bisa nangis, ak juga bisa capek.. padahal ak orangnya males banget. Knapa km sll ngira ak rajin.. ak tu sbnernya jga org yg g bisa brtanggung jawab ma tugas.. km g tau keadaanku di rumah sehari-hari.. ak itu tipe orang yang ngga terll menghargai waktu. . sll teledor.. jorok.. pokoknya hidupku itu ngga ada bagus2nya deh..
km pasti ngga tau kalo ak tu sering nangis diem2.. terutama wktu malem2.. ak tu tipe org yg rapuh.. ak ngga sekuat baja seperti yang kamu kira.. ak hanyalah selembar kertas tisu yang mudah terkoyak..
ampe saat ini ak pnya banyak temen yg sll ada untukku.. nmun sampe saat ini pula ak blum mnemukan orang yg bisa ak prcaya spenuhnya.. makanya ak lbih memilih untuk mnyimpan smuanya di dalam hati aja.. ak pngen suatu saat nnti ada org yg bner2 ku prcaya utk brbagi suka duka dan saling mengisi kekurangan msing2… krna dari suatu kekuranganlah kita mnjadi kuat..

Minggu, 31 Mei 2009

Dunia Kelam Pendidikan


Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer, dimana dalam memasuki era globalisasi seperti sekarang ini pendidikan sangatlah penting peranannya. Orang-orang berlomba untuk mendapatkan pendidikan setinggi mungkin untuk mengejar teknologi yang semakin canggih. Sebagian masyarakat yang sudah dapat mengenyam pendidikan dasar pada akhinya putus sekolah juga. Ada banyak faktor yang menyebabkan masyarakat tidak dapat mengenyam pendidikan atau yang putus sekolah seperti diantaranya keterbatasan adanya pendidikan karena kesulitan ekonomi, kurangnya niat seseorang individu untuk mengenyam pendidikan, kurangnya fasilitas pendidikan di daerah terpencil atau daerah tertinggal dan selain itu karena adanya faktor lingkungan ( pergaulan ).
Seperti yang dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada salah satu butir yang tercantum disana dijelaskan bahwa adanya pencerdasan kehidupan bangsa, jadi bagaimna sekarang sikap pemerintah dan masyarakat harus dapat menyikapi hal tesebut, karena secara tidak langsung orang yang tidak menyenyam pendidikan formal akan dekat dengan kebodohan dan kemiskinan. Mereka yang tidak mengenyam pendidikan akan merasa malu dan minder untuk berkompetisi dengan orang yang mengenyam pendidikan. Pada akhirnya mereka akan tersisih karena keterbatasan mereka tersebut.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 mengatakan bahwa warga negara yang berumur 6 tahun berhak mengikuti pendidikan dasar. Sedangkan warga negara yang berumur 7 tahun berkewajiban untuk mengikuti pendidikan dasar atau pendidikan yang setara sampai tamat. Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang lamanya 9 tahun yang diselenggarakan selama 6 tahun di SD dan 3 tahun di SLTP atau sederajat. Pasal 6 ( 1 ) disebutkan, setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, 2 ( a ) disebutkan, bahwa setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.
Seperti yang diuraikan diatas, pendidikan merupakan hak bagi anak. Hak yang wajib dipenuhi dengan kerjasama paling tidak dari orang tua siswa, lembaga pendidikan dan pemerintah. Pendidikan akan mampu terealisasi jika semua komponen yaitu orang tua, lembaga pendidikan dan pemerintah bersedia menunjang jalannya pendidikan.
Namun tidaklah mudah untuk merealisasikan pendidikan, khususnya menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Banyak faktor yang menjadi kendala agar pendidikan dapat terealisasikan. Seperti misalnya saja dari faktor orang tua, tidak semua orang tua mau menyerahkan anaknya untuk bersekolah. Mayoritas dari mereka berasal dari keluarga kurang mampu sehingga tidak memiliki dana yang cukup untuk membiayai pendidikan putra-putrinya di sekolah formal. Faktor yang lainnya yaitu faktor lembaga pendidikan yang menyediakan sarana dan prasarana pendidikan. . Pendidikan kini dikelola dengan sangat modern. Fasilitas gedung dan alat-alat peraga serba representatif dan hightech. Tata kelolanya dibuat senyaman mungkin bagi anak didik untuk belajar. Ruangan ber AC. Halaman luas lengkap dengan fasilitas bermain. Katanya, inilah sebab mengapa pendidikan mahal. Pendidikan sekarang sudah menjadi lahan bisnis yang menjanjikan bagi para pemilik modal. Bisnis pendidikan, istilahnya. Kalau bisnis, berarti sangat kecil peluang untuk bisa berempati terhadap masuknya anak kurang mampu agar bisa merasakan fasilitas pendidikan elit itu. Bahkan bisa jadi tidak ada sama sekali peluangnya. Akhirnya, anak-petani sekolah apa adanya di sekolah yang kurang bermutu. Yang belajarnya ala kadarnya. Atau bahkan memilih tidak sekolah.
Disamping itu, faktor dari pemerintah untuk mewujudkan pendidikan juga sangat berpengaruh. Pemerintahlah yang berkewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan ditambah dengan adanya bantuan dari berbagai pihak. Melalui program-programnya seharusnya pemerintah mampu memberdayakan semua elemen pendidikan. Misalnya program yang telah digulirkan pemerintah sebelumnya seperti Gerakan Orang Tua Asuh ( GN-OTA ) yang berdiri pada tanggal 29 Mei 1996 dimana berfungsi untuk meningkatkan kualitas anak sebagai aset penerus bangsa disamping meminimalkan kemiskinan secara komprehensif dan menyeluruh, juga memiliki misi mengembangkan dan meningkatkan kesadaran serta tanggung jawab masyarakat terhadap masa depan anak bangsa. Peranan GN-OTA ini dalam Prokesra MPMK dapat dibagi menjadi dua. Pertama adalah menuntaskan keluarga pra-sejahtera dan keluaraga sejahtera 1. Sedangkan yang kedua adalah pemberdayaan keluarga masa depan. Untuk memaksimalkan fungsinya diperlukan kerja keras untuk menyelamatkan generasi penerus bangsa dari ancaman putus sekolah.
Namun kebijakan pemerintah melalui GN-OTA untuk mengatasi siswa yang tidak tertampung di sekolah masih jauh dari yang diharapkan sebelumnya. Walaupun pemerintah sudah mengeluarakan kebijakan ini, tetapi masalah anak yang putus sekolah tidak dapat diselesaikan juga. Program terbaru yang dikeluarkan untuk mengurangi masalah anak yang putus sekolah adalah BOS ( Bantuan Operasional Sekolah ). Bantuan Operasional Sekolah ( BOS ) ini adalah program bantuan pembiayaan pendidikan. Yang mana pemanfaatannya adalah untuk mengurangi biaya pendidikan yang dikeluarkan para siswa.
Walaupun pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan ini, tapi masalah yang dihadapi mengenai banyaknya anak yang putus sekolah tak dapat diselesaikan juga. Di Bali sendiri, kebijakan ini sudah direalisasikan. Sebelumnya Bali boleh berbangga karena belakangan ini mulai ikut berbicara di kancah ilmu pengetahuan melalui sejumlah keberhasilan yang diraih siswa sekolah. Misalnya dalam olimpiade fisika dan lainnya. Akan tetapi, itu tidak menghapus realitas bahwa Bali masih menyimpan angka putus sekolah walaupun kebijakan pemerintah mengenai dana Bantuan Operasional Sekolah ( BOS ) sudah direalisasikan. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan ( Disdik ) Propinsi Bali, sekolah ( SD, SMP, SMA/SMK ) yang terdaftar di Bali tercatat sebanyak 3.184 sekolah yang tersebar. Berikut data sekolah yang tersebar di berbagai daerah di bali
Daftar Sekolah yang tersebar di Bali

No Nama Kota/Kab. SD SLTP SLTA PT Lain-lain Total
1 Kab. Buleleng 515 77 54 5 2 653
2 Kab. Jembrana 196 31 26 1 1 255
3 Kab. Tabanan 337 41 28 3 - 409
4 Kab. Badung 265 42 31 4 2 344
5 Kab. Gianyar 290 45 40 1 1 377
6 Kab. Klungkung 144 22 15 - - 181
7 Kab. Bangli 163 24 15 - 1 203
8 Kab. Karang Asem 364 36 24 1 - 425
9 Kota Denpasar 210 49 51 25 2 337
TOTAL 2.484 367 284 40 9 3.184
Data : 2005/2006
Sedangkan data angka putus sekolah ( mulai jenjang pendidikan SD, SMP hingga SMA/SMK ) di Bali pada tahun 2005-2006 yang didapat dari Dinas Pendidikan ( Disdik ) Propinsi Bali mencapai 1.686 orang yang tersebar di berbagai daerah dibali. Sekalipun angka ini menurun dari tahun 2004-2005 yang tercatat 1.879 orang. Berikut data anak yang putus sekolah yang tersebar di berbagai daerah di Bali
Daftar anak yang putus sekolah di bali

No Nama Kota/Kab. Jumlah anak yang putus sekolah
1 Kab. Buleleng 482 orang
2 Kab. Jembrana 213 orang
3 Kab. Tabanan 133 orang
4 Kab. Badung 83 orang
5 Kab. Gianyar 115 orang
6 Kab. Klungkung 66 orang
7 Kab. Bangli 151 orang
8 Kab. Karang Asem 368 orang
9 Kota Denpasar 75 orang
TOTAL 1.686 orang
Data 2005-2006
Data anak putus sekolah per_tingkat di Bali

No Tingkat Jumlah
1 SD 704 orang
2 SLTP 431orang
3 SLTA 359 orang
4 SMK 192 orang
Jumlah 1.686 orang
data 2005/2005
Dari data diatas membuktikan bahwa masih ada anak yang putus sekolah di Bali yang tersebar di berbagai daerah di Bali. Masih adanya anak yang putus sekolah ini disebabkan oleh beberapa faktor. Seperti Keterbatasan dana, hilangnya minat untuk melanjutkan sekolah, faktor lingkungan.
Persoalan putus sekolah di Bali cukup membuat kita miris. Data Dinas Pendidikan Propinsi Bali menyebutkan, ratusan ribu pelajar di Bali dihantui putus sekolah. Angka yang disebut adalah 1.686 anak usia sekolah usia antara 6-18 tahun. Mereka berasal dari keluarga miskin. Anak usia sekolah dari keluarga miskin inilah yang potensial untuk pergi dari bangku sekolah sebelum mengantongi ijazah. Hal ini disebabkan keluarga miskin tidak mampu membiayai pendidikan yang menurutnya memberatkan. Di samping itu, cara pandang yang kurang poisitif terhadap arti pendidikan bagi kehidupan masih terdapat pada beberapa keluarga dan masyarakat miskin yang pada umumnya berpendidikan rendah. Masih ada anggapan sementara penduduk bahwa pendidikan tidak akan menjamin perbaikan taraf hidup. Hal itu berakibat mereka enggan menyekolahkan anaknya. Di samping itu terdapat kenyataan bahwa akibat sosial ekonomi yang miskin akan mendorong anak usia sekolah SD dan SLTP terpaksa bekerja membantu kehidupan keluarga. Untuk daerah terpencil terhambat adanya perhubungan yang terbatas sehingga masyarakatnya sukar dijangkau pelayanan pendidikan.
Jika kenyataannya semakin banyak anak-anak tidak memiliki kesempatan
untuk sekolah dengan semestinya, maka mudah diduga ada yang salah pada
negara dan pemerintahnya. Dalam realitas seringkali dinyatakan adanya
pendidikan gratis. Tetapi, mana ada sekolah yang gratis ? Karena kenyataan,
buku, seragam, sepatu, biaya-biaya non-SPP tetap saja harus ada. Jika jarak
tempuh antara rumah dengan sekolah cukup jauh, maka harus ada biaya
transportasi. Karena biaya sekolah bukan hanya persoalan SPP yang
digratiskan, maka mereka yang berada dalam kemiskinan tetap tak mampu
menjangkau. Artinya, sumber dari tingginya angka putus sekolah tetap pada
kemiskinan.


Melihat tingginya angka putus sekolah tersebut para legislator harus memikirkan berbagai program strategis guna menekan angka pelajar putus sekolah tersebut serendah mungkin. Paling tidak program tersebut ditujukan agar anak usia sekolah di Bali mengecap pendidikan formal hingga lulus SMP atau menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Ketimbang menjanjikan pendidikan gratis yang memang terdengar tetapi belum tentu sejalan di tataran aksi praktis, akan jauh lebih reasonable jika mereka memfokuskan perhatian pada upaya pengentasan angka anak usia sekolah yang drop out (putus sekolah) dan lock out (tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi-red) lantaran ketiadaan biaya pendidikan. Dalam konteks ini, penduduk Bali yang ekonomi mapan diwajibkan tetap mengeluarkan biaya pendidikan untuk putra-putrinya. Sementara anak usia sekolah yang berasal dari keluarga miskin, biaya pendidikannya sepenuhnya disubsidi alias ditalangi oleh pemerintah daerah.
Salah satu program strategis yang untuk mencegah pelajar putus sekolah adalah pemberian beasiswa bagi anak miskin. Pasalnya, kemiskinan atau ketiadaan biaya merupakan faktor dominan yang menyebabkan ribuan pelajar di Bali ini putus sekolah. Program lainnya adalah dengan program SD-SMP satu atap. Dengan menjadikan SD dan SMP satu atap diharapkan akan dapat menanggulangi faktor jarak tempuh yang juga menjadi faktor penyebab putus sekolah. Dengan program ini biaya transportasi, pemondokan dan akomodasi menjadi terpotong, sehingga lebih menarik minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya. Anggaran untuk membangun ruang-ruang kelas baru pada sekolah satu atap ini pun sudah disiapkan. Pemprop Bali mengalokasikan anggaran Rp 2,47 milyar lebih untuk membangun ruang-ruang kelas baru di sekolah satu atap yang diprioritaskan pada daerah-daerah yang terisolasi.
Tumbuhnya kesadaran keluarga miskin untuk menyerahkan anaknya ke sekolah harus dilihat sebagai poin penting dalam upaya penanggulangan putus sekolah. Di balik itu harus disadari peliknya persoalan yang dihadapi masyarakat. Tidak hanya faktor kemiskinan, ekonomi dan biaya. Di daerah yang masyarakatnya miskin atau kurang pemahaman soal pentingnya pendidikan, pekerjaan menuntaskan wajib belajar tentu tidak mudah. Jangan berharap input SDM yang secara mental siap dididik. Yang bebal pun harus diterima. Poin pentingnya adalah bagaimana menjadikan anak yang potensial terpinggirkan dari dunia sekolah menjadi terangkul dalam pendidikan. Bukan justru menjadikan potensi-potensi itu tambah terlempar, menjadi ketakutan sekolah dan memperbesar jumlah putus sekolah. Misalnya, akibat menjadi sasaran kemarahan dan cercaan guru sebagai anak bodoh, atau bahkan jadi sasaran penganiayaan pendidik yang kesal.
Dengan adanya keseriusan dan kesigapan dari pemerintah dengan cara mengeluarkan kebijakan-kebijakan seperti halnya kebijakan dana bantuan Operasional Sekolah ( BOS ) untuk mengurangi jumlah anak yang putus sekolah, maka angka anak yang putus sekolah di Bali akan dapat di tekan. Disamping itu peranan dari pihak sekolah beserta dengan orang tua dalam menekan jumlah anak yang putus sekolah juga sangat diperlukan dan berpengaruh akan jumlah anak yang akan putus sekkolah.
Sangat diperlukan sekali kesadaran dan kepedulian dari berbagai kalangan baik dari pemerintah, pihak sekolah maupun para orang tua. Dimana kesemuanya ( pemerintah, pihak sekolah, orang tua ) sangat berpengaruh terhadap jumlah anak yang akan putus sekolah.
Pendidikan mutlak harus dibenahi. Tidak untuk diperingati harinya saja setiap setahun sekali. Tapi siapapun yang hari ini merasa tidak puas dengan pendidikan anak-anak kita, ayo kita lawan momok-momok pendidikan: mahalnya biaya, kualitas rendah, rendahnya perhatian pendidikan mental spiritual. Partisipasi masyarakat dalam meminimalkan momok-momok itu adalah modal sosial yang menjadi senjata ampuh kebangkitan pendidikan di negeri ini.

TERBONGKARNYA MISTERI RUMAH HANTU


Malam ini aku pulang lebih cepat dari biasanya. Aku tidak kumpul-kumpul lagi dengan teman-temanku. Alasan mereka sih malam jumat. Mereka takut aan hantu, tapi aku tidak takut sama sekali. Menurutku mereka kekanak-kanakkan. Apa mereka sudah lupa, bahwa mereka sudah sekolah di salah satu SMA terkenal di kota ini?
Akhirnya aku telah sampai di tikungan deat rumahku. Tapi anehnya malam ini aku merasa tidak seperti biasanya. Bulu kudukku tiba-tiba berdiri. Dan yaampun......au berdiritepat di depan rumah yang kata warga hampir lima tahun tidak berpenghuni. Lalu katanya lagi rumah itu dibangun seja 40 tahun lalu. Aku sudah tidak mampu bejalan dan berbicara,yang sudah ada dalam otakku hanyalah berlari dari rumah angker itu. Aku ingat akan cerita tetanggaku. Ia pernah suara mendengar perempuanmenangis di rumah itu. Ya Tuhan...! please bantu aku agar bisa berjalan dan berlari secepat mungkin. Fuuiihh... nafasku seakan berhenti. Siapa yang lari dari kejauhan dan sepertinya akan menghampiriku di sini? Mungkin Albert?! Tetanggaku sekaligus teman sekolahku. Dia seolah-olanh ingin memberitahu sesuatu yang penting. ”Wilvy, cepat pergi dari sini!”, teriak Albert dari kejauhan. ”Sebentar lagi akan ada suara mengerikan dari rumah itu!”, sambungnya. Albert meraih tanganku dan cepat-cepat mengajakku pergi dari tempat itu. Aku tau dia pasti kecapekan mengejaku. ”Huh, apa kamu nggak salah Albert?”’ tanyaku setelah sampai di depan rumahku. ”Ia, minggu kemarin tepatnya jam 9 malam aku mendengar suara nenek-nenek menangis. Untung aku segera datang kalau tidak kau bisa menangis ketakutan”. Pembicaraanku dan Albert berhenti karena waktu telah menunjukkan pukul 12 malam.
Pada pagi harinya aku mau berangkat ke sekolah. Aku memperhatikan rumah itu sejenak. Rumput-rumputnya tinggi, catnya terkelupas dan yang paling menyeramkan lagi, tak ada penerangan di rumah itu. Makanya, jika ada yang lewat rumah itu merekan akan berlari tunggang-langgang. ”Ah, sudah jam segini belum sampai di sekolah bisa-bisa diomeli nanti.” kataku sambil mempercepat langkahku menuju halte bus kota depan kompleks rumahku.
Sesampainya di sekolah aku sama sekali tidak menangkap pelajaran. Aku selalu memikirkan rumah tua itu. Apakah kalau dibersihkan, diberi penerangan, dan dicat kembali akan menjadi bagus dan tidak menyeramkan?
Malanya aku dan Albert sudah ada di depan rumah tua itu. ”Albert ayo masuk sekarang”, ajakku padanya. ”A...a...ayo”, katanya. Aku yang biasanya berdiri di depan gerbang sekarang berdiri di depan pintunya. Ya Tuhan, selamatkan aku.
”Hi.....hi....hi...”
”Albert kau dengar itu? Wanita menagis!”, seruku cepat. ”Y...yaa, Wilvy”, jawab Albert yang tegang ememgang senter. ”Aku mau keluar”, jeritku yang mulai menangis. ”Sssssttt! Jangan berisik”, Albert menutup mulutku. ”Ayo kita kedalam rumahnya”, ajak Albert tanpa rasa takut. Aku hanya bisa mengikutinya dan memeluknya dari samping. Aku sangat takut. Kreekk... pintu rumah itu terbuka seolah-olah menyambut kami. Albert memulai berjalan perlahan, sambil terus memelukku. ”Albert kau lihat itu? Wanita tua yang menangis di pojik sana?!”. Aku menunjuk dan membuatku semakin takut. ”Oh Tuhan selamatkan kami...” Albert menyoroti nenek-nenek itu dengan senternya. ”Nak tolong aku...”, nenek itu memohon kepada kami.
”Albert...”
”Iya Wil...”
”Lihat kembali nenek-nenek itu, arahkan sentermu!” Dia duduk dilantai, rambutnya terurai, tangannya terasa ingin menggapaiku. Tiba-tiba rasa takutku hilang. Aku mengajak Albert mendekati nenek-nenek itu.
”Albert, bantu dia bangun dan papah dia”
”Wilvy dia itu setan”
”Bukan, Albert cepat lakukan”
Aku tetap menyoroti nenek itu dan Alber mulai berjalan perlahan mendekatinya. ”Jangan takut nak. Aku manusia, kemarilah dan cepat tolong aku!” Nenek-nenek itu kembali memohon.
”Albert gendong dia.” Albert sudah memegang tanyannya. ”Baik Wilvy.”
Akhirnya aku sudah sampai di rumah. Aku, Albert dan nenek itu duduk di teras rumahku. ”Sebenarnya aku dikurung oleh suamiku setiap jam 10 dia datang membewakanku makanan. Aku selalu minta pulang tapi dia melarangku. Aku sering menangis karena rindu anakku.”
”Ya, aku bahagia dapat memecahkan misteri ini! He...he... kini tidak ada lagi rumah tua, dan kuharap nenek itu bahagia.”
”Ya, aku harap pula kita bisa melupakannya karena aku takut. He....he....he...!”

Setan Bagi Siswa


“UAN” suatu kata yang membuat bulu kuduk para pelajar merinding. Pada masa reformasi penyelenggaraan UAN dianggap semacam ritual yang mubasir. Karena bertekad melaksanakan UAN, Pemerintah selayaknya menuai kritikan tajam. Banyak kebijakan dari UAN tetapi untuk pengendalian mutu masih tetap diperlukan. Sudah barang tentu dengan perubahan wacana yang mendasar.

Keputusan Pemerintah untuk tetap mengadakan Ujian Nasional langsung mendapat tanggapan kontra dari salah seorang anggota dewan dari Komisi X dan Koordinator Koalisi Pendidikan ( Kompas, 20/1/2004). Mereka memberikan argumen yang berlainan terhadap kebijakan Pemerintah namun tidak memberikan solusi atas sikap pemerintah bagaimana mengendalikan mutu pendidikan. Sementara Pemerintah memandang bahwa UAN masih sangat diperlukan sebagai alat kontrol mutu pendidikan karena pada masa euphoria otonomi dikhawatirkan sekolah berjalan sendiri-sendiri tanpa arah yang jelas.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pasal 68, pelaksanaan ujian nasional bermaksud agar hasil UN dijadikan:
1. Pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
2. Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya;
3. Penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan;
4. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Hal itu juga di benarkan oleh pak adnyana selaku wakasek kurikulum di sma 3 denpasar. “Sebenarnya UAn itu untuk mengukur seberapa besar daya serap standar nasional”, tegas pria yang sehari-hari mengajar geografi.
Namun para siswa memandang dari sudut yang berbeda. Misalnya saja tanggapan dari Gede Bandar Wiraputra, salah satu siswa kelas XII IPA 1 yang baru-baru ini mengikuti UAN. “UAN itu sama sekali tidak efisien. Tahun lalu saja sudah banyak yang tidak lulus. Kalau terus dinaikkan standarnya bias-bisa banyak siswa yang berhenti sekolah gara-gara nggak lulus UAN”, aku Bandar (sapaan akrabnya).
Memang sejak diberlakunya UU 23 tahun 2003, dan merujuk pada PP 19 tahun 2005, maka standar kelulusan (SKL) siswa pada UAN/UN dinaikkan secara bertahap, yakni

UAN 2003 : SKL >3.00
UAN 2004 : SKL >4.00
UAN 2005 : SKL >4.25
UAN 2006 : SKL >4.50
UAN 2007 : SKL >5.00
UN 2008 : SKL >5.25
UN 2009 : SKL >5.50

Meskipun standar kelulusan terus ditingkatkan, namun ternyata tingkat kelulusan juga tinggi [dan dalam beberapa tempat semakin tinggi]. Lalu, apakah dengan angka SKL dan kelulusan meningkat telah menunjukkan kualitas pendidikan Indonesia telah meningkat???


Sudah hampir 5 tahun UAN/UN berjalan, namun yang paling mendasar belum tersentuh oleh pemerintah. Pemerintah lebih senang melihat angka-angka di SKL yang terus naik, tapi lupa bahwa ada satu PR terbesar yang belum benar-benar tergarap.

Biang kenaikan standar kelulusan UAN adalah rendahnya mutu pendidikan dengan tradisi lulus seratus persen. Persepsi yang terjadi di masyarakat terhadap sekolah yang bermutu berangkat dari prosentase kelulusannya. Sehingga sekolah berusaha meluluskan semua siswanya tanpa menghiraukan hasil ujian nasional. Maka terjadilah manipulasi nilai yang mencengangkan karena rentang nilai ujian nasional dengan ujian sekolah terlalu lebar. Kondisi tersebut harus segera diperbaiki dengan kebijakan yang merangsang motivasi untuk berkompetisi antarsiswa maupun antarguru

Sabtu, 30 Mei 2009

Think Smart Now


Baik langsung maupun tidak, dampak pemanasan global sudah kita rasakan. Periksa saja, makin hari Jakarta—bahkan bumi ini—makin panas. Perubahan musim dan cuaca yang tidak terduga, munculnya wabah penyakit, dan timbulnya bencana alam seharusnya sudah menjadi warning bagi kita bahwa bumi kita mulai ’sakit’. Di kawasan kota yang telanjur padat, memperoleh lahan terbuka bukanlah soal mudah. DKI Jakarta dengan lahan seluas 66.126 hektar dan ruang hijau 9 persen atau 5.951 hektar, perlu membebaskan sekitar 13.000 hektar lahan bila ingin memenuhi patokan lazim 30 persen lahan terbuka hijau.

Bayangkan saja bila puncak-puncak gedung berubah menjadi hijau dan udara di kota menjadi segar, atau bahkan bila taman di puncak gedung itu menjadi wahana wisata kota tentulah akan memberikan penghasilan tambahan bagi pemerintah kota maupun pemilik gedung tersebut.

Jepang juga menghadapi persoalan sama. Sejak abad ke-17, sifat land hungry (lapar lahan) dalam praktik mengonsumsi lahan perkotaan telah menyebabkan tampilan kota di Jepang tak jauh berbeda dari kota besar Asia lainnya.
Karena lahan perkotaan telah telanjur disesaki bangunan, maka sasaran perolehan sel-sel hijau daun beralih pada hamparan atap datar gedung-gedung yang justru lebih banyak dibanjiri cahaya matahari. Sebenarnya gerakan atap hijau telah muncul di Jepang sejak awal abad ke-20 melalui konsep eco-roof, tetapi sifat pengembangannya masih ekstensif. Atap hijau jenis ini ditandai struktur atap beton konvensional dengan biaya dan perawatan taman relatif murah karena penghijauan atap hanya mengandalkan tanaman perdu dengan lapisan tanah tipis.
Rancangan, perwujudan, dan pengelolaan atap hijau intensif membutuhkan kerja sama dan keterlibatan bukan hanya kalangan arsitek, ahli pertamanan, sipil, mesin dan listrik, tetapi juga ahli lingkungan, biologi, pertanian, dan kesehatan. Inilah salah satu bentuk penerapan prinsip arsitektur berkelanjutan yang diformulasikan Richart J Dietrich, pendiri pusat riset Baubiologie (biologi bangunan) dan Biooekologi (ekologi bangunan) di Jerman. arsitektur masa depan sebagai hasil rekayasa super-system yang ditandai kompromi selaras antara ranah teknologi dan ranah alam melalui pendekatan perancangan multidisiplin.
Walaupun investasi yang dibutuhkan untuk membuat atap hijau cukup tinggi, bukan berarti upaya peduli lingkungan ini bertentangan dengan semangat mengejar keuntungan ekonomi, terbukti kini banyak fasilitas komersial yang menerapkan konsep atap hijau intensif. Salah satu di antaranya adalah Namba Park, sebuah mal gaya hidup di pusat kota Osaka.
Jerde Partnership merancang Namba Park sebagai mal bertema gurun yang dipadu atap hijau berlapis-lapis menyerupai lahan terasering. Namba Park memiliki taman atap seluas 8.000 meter persegi dengan 40.000 tanaman, termasuk 35 jenis tanaman pohon dan 200 jenis tanaman bunga.
Sistem irigasi atap hijau Namba Park menggunakan teknik penyiraman sprinkle yang diadopsi dari metode tradisional pendinginan jalan di Jepang, yaitu air hujan yang mengalir melalui jalan ditampung di bawah perkerasan jalan untuk kemudian ditapis kembali ke permukaan jalan dengan sistem kapiler. Hasil penelitian menunjukkan, selama proses evaporasi suhu permukaan atap hijau dapat ditekan hingga 25° Celsius lebih rendah dibandingkan dengan permukaan aspal.
Atap hijau kompleks Namba Park terbukti mampu mengurangi dampak panas akibat kegiatan di dalam bangunan maupun panas yang dihantarkan sosok bangunan. Hasil pengukuran suhu yang dilakukan perusahaan Obayashi selama tiga hari pada musim panas Agustus 2003 menunjukkan, rata-rata suhu atap hijau mencapai 17° Celsius lebih rendah dibandingkan dengan atap parkir di dekat Namba Park. Sedangkan panas yang ditransmisikan atap hijau ke dalam bangunan hanya mencapai sepersepuluh dari transmisi panas atap beton konvensional.
Menyadari banyaknya keuntungan dari atap hijau, Mori Building Company menerapkan cara yang sama terhadap salah satu kompleks superblok Roppongi Hills di Tokyo. Di atap kompleks Keyakizaka yang sekujur sosoknya dibalut kaca, perancang lanskap Yohji Sasaki merancang sawah mini dan kebun sayuran seluas 1.300 meter persegi. Di areal sawah dengan ketinggian 43 meter di atas tanah ini, para anggota Roppongi Hills Gardening Club dapat menyalurkan kerinduan dan keingintahuan mereka tentang cara bercocok tanam padi dan sayuran. Motto mereka dalam mengelola atap hijau adalah: “Hijaukan Roppongi Hills dengan Kedua Tangan Kita Sendiri”.
Atap hijau dengan konsep kebun percobaan juga ada di kompleks Sio-Site, kawasan peremajaan bekas pelabuhan di Tokyo yang didominasi 15 gedung pencakar langit. Sedangkan Hiroshi Hara menampilkan atap hijau sky way pada ketinggian 50 meter sebagai klimaks kompleks mixed use Stasiun Kyoto. Dari balik dinding pengaman transparan di sekeliling atap hijau Stasiun Kyoto, pengunjung dapat menikmati panorama kota tua Kyoto hingga ke batas cakrawalanya. Inilah sensasi taman melayang yang tidak dapat ditemukan pada taman di darat.
Manfaat atap hijau bukan hanya sebatas peningkatan nilai estetika dan penghematan energi, pengurangan gas rumah kaca, peningkatan kesehatan, pemanfaatan air hujan, serta penurunan insulasi panas, suara dan getaran, tetapi juga penyediaan wahana titik temu arsitektur dengan jaringan biotop lokal. Perannya sebagai “batu loncatan” menjembatani bangunan dengan habitat alam yang lebih luas seperti taman kota atau area hijau kota lainnya.
Fakta di atas dibuktikan melalui penelitian terhadap Next 21-Osaka, apartemen milik perusahaan Osaka Gas yang bangunan sekaligus penghuninya dijadikan obyek uji coba bangunan hemat energi. Persemaian biji-bijian yang dibawa 19 spesies burung pengunjung rutin atap hijau Next 21 dalam kurun waktu 15 tahun telah menghasilkan jaringan biotop lokal dengan 140 jenis tanaman dan pohon. Temuan ini lebih mengukuhkan peran atap hijau bukan hanya sebagai magnet baru bagi warga urban, tetapi juga sebagai media penarik kembali habitat flora fauna yang selama ini sempat tergusur kelabunya belantara beton kota. Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan taman di atap gedung :
Pertama pastikan dahulu konstruksi atap gedung kuat menahan beban adanya tanah dan tanaman diatasnya. Pastikan juga bahwa atap gedung memiliki saluran pembuangan air yang memadai.
Kedua buat akses kepuncak gedung, bagaimanapun untuk membuat taman di puncak gedung harus mengangkuti banyak benda dan tanaman keatas. Akses keatas kegung ini bisa dibangun sendiri maupun yang dijual.Dan pastikan itu tidak mengganggu orang lain.
Ketiga buat konstruksi pelindung angin dan panas sebelum taman yang Anda buat rusak dikarenakan angin kencang yang bertiup di puncak gedung dan panas yang tinggi. Perlu dibuat semacam atap pelindung dan pastikan peletakan kontainer Anda aman dari terpaan angin.
Keempat pertimbangkan penggunaan material yang ringan untuk mengurangi beban yang berat
Kelima penyiraman dan pemilihan tanaman karena suhu di puncak gedung yang lebih tinggi daripada suhu diatas tanah. Penyiraman harus lebih sering karena penguapan terjadi lebih cepat dan tanaman yang dipilih adalah tanaman yang tahan panas.
Keenam pemberian alas dibawah tanaman untuk mencegah kerusakan pada atap gedung.
Teknik yang dapat dipakai dalam pembuatan taman diatap gedung adalah :
1. Container Gardening
Bercocok tanam dalam kontainer dapat dilakukan dengan menanam tanaman menggunakan pot, polibag, barang-barang bekas (ban, jerigen, drum, bak dan lain-lain ).
2. Hidroponik
Bercocok tanam hidroponik cocok untuk dilakukan karena tidak butuh tanah yang banyak. Tetapi kendalanya adalah air dan suhu yang ekstrem di puncak gedung
3. Kombinasi Container Gardening dengan Pilar Gardening
Penggunaan tiang- tiang dan kawat untuk merambatkan tanaman dapat dipakai dengan dikombinasikan dengan teknik Container Gardening. Kelebihan teknik ini bisa di pakai sebagai atap daun untuk mengurangi terik matahari diatap gedung. Dibawahnya ditanam tanaman lain dalam kontainer yang lebih pendek daripada tiang di dekatnya.
4. Penanaman Langsung
Setelah pemasangan alas diatap gedung, kemudian dilanjutkan dengan peletakan media tanah diatasnya secara langsung dan kemudian ditanami. Dengan teknik ini membutuhkan jumlah tanah yang cukup banyak tapi juga menghasilkan taman yang lebih indah seperti dicontohkan di puncak gedung di Chicago, selain itu juga butuh biaya yang sangat besar untuk perawatannya lebih lanjut. Dengan teknik ini hal-hal yang harus dipertimbangkan antara lain :
• Struktur bangunan (atapnya tentu saja)
• Penyimpanan air dan irigasi
• Alas yang dapat menyerap air
• Lapisan pelindung cahaya
• Media tanam